Heaven!

Heaven!

Monday, March 16, 2015

The art of doing nothing~ (part 2)

Hari ketiga di Derawan, tiba waktunya kami pindah ke Maratua. Sebenernya sejak dari Jakarta udah penasaran banget sama Maratua karena iming-iming foto laut tenang berwarna toska yang tempting banget. Rencana berangkat ke Maratua jam 8 pagi pun harus ditunda karena hujan dan.... kami perlu ke puskesmas dulu karena mbak Pingkan cemas dengan wajahnya yg kena sunburn :D. Untung sekarang udah cantik lagi yaa Piiing? Hihi.

Iming-iming laut toska

Akhirnya setelah hujan reda, kami baru bisa berangkat ke Maratua. Perjalanannya kurang lebih 1 jam dengan kondisi laut berombak dan agak mendung. Awal perjalanan kami masih haha-hehe, setelah ombak makin gede dan mulai gerimis, mendadak mulai krik krik gaada yang berani ngomong. Cuma si om Rajesh yang masih ngobrol sama pak speed boatnya. Begini percapakannya:

Rajesh (R): Pak..
Pak Speed Boat (PSB): yaaaaaaaa?
R: masih jauh ga?
PSB: *nengok melihat ke sekitar* 20 menit lagi lah
---terdiam---
R: Pak..
PSB: yaaaaaaaaaa?
R: di laut ini ada hewan yang buas buas ga? *Huahahahaha sumpah pertanyaan ini kocak banget*
PSB: nggak ada. Kalo dulu sih ada hiu, tapi sekarang udah ngga ada.

Akhirnya, 20 menit kemudian sejak percakapan itu, kami pun sampai di Maratua Guesthouse. Di kejauhan terlihat juga Maratua Paradise Resort yang terkenal itu dan emang gedeee banget. Pas sampai di sana, laut sedang surut, jadi speed boat perlu digiring untuk mencapai jetty. Pikiran pertama saya: “Laut toska nya manaaaaa?”. Hahaha. Ya mungkin karena lagi mendung dan surut, jadi gak keliatan toska.

Maratua guesthouse ini merupakan guesthouse sederhana yang sangat menariiiik dengan aura leyeh-leyeh yang super kuat. Guesthouse ini dikelola oleh pasangan suami-istri asal Indonesia, namun sebagian besar tamunya adalah bule. Bahkan sejak dibuka awal 2013, kami adalah rombongan local guest mereka yang ke-5! Kalau melihat tempatnya, wajar sih kalau turis asing yang banyak kesini. Tempatnya super tenang, yang disekitarnya ga ada apa-apa. Kamarnya model rumah kayu yang sederhana tanpa AC namun dilengkapi dengan kamar mandi. Mereka punya restoran yang menghadap ke laut lepas, tapi lokasi kamarnya literally di dalem hutan, yang kalau malem emang rada creepy. Di sana listrik hanya ada saat malam hari. Di tambah dengan kelembaban yang tinggi, siang hari di sana jadi super gerah karena ga bisa nyalain kipas angin. Tapii, dengan segala keterbatasannya itu, justru menjadikannya tempat yang oke banget buat leyeh-leyeh. Gerah? Tinggal pindah ke restoran dan bobok di hammock yang tersedia. Atau bisa juga sekalian leyeh-leyeh di pantai pribadi depan resto. Hihi.
Maratua Guesthouse
(photo taken by Pingkan)
Mau bobok aja harus masuk hutan dulu
(photo taken by Pingkan)

Interior twin room. 2 single bed, kamar mandi di luar.
(photo taken by Pingkan)

Penampakan chalet nya
(photo taken by Pingkan)


Resto super pewe
(photo taken by Pingkan)
Tapiii, ada satu lagi tapi nya nih.. karena di sekitar guesthouse gaada apa-apa (warung terdekat berjarak 2 km), jadi kami terpaksa makan di resto mereka. Dengan harga yang bikin termehek-mehek.
Makan sambil termehek-mehek
(photo taken by Pingkan)
Menjelang sore, air laut pun mulai pasang dan akhirnya saya melihat si warna toska. Pantai di depan guesthouse ini beneran serasa pantai pribadi karena ngga ada penghuni lain. Pasirnya putih, cukup halus dan landai, dengan air bening yang agak berombak. Semakin malam, air pasang makin tinggi dan ombak pun makin keras sehingga rasanya relax banget makan malam sambil denger suara ombak :).
Satu hal yang paling berkesan adalah....... saya merayakan ulangtahun di siniii. Hore hore modus berhasil! Hahaha. Seneeeng banget ulangtahun di pinggir pantai, pake pancake dengan banyak lilin plus bonus coca-cola dari pemilik guesthouse. Mihihihi. Trimakasiii yaaa buat si pacar, om dan tanteee :*
Selama di Maratua, kami lebih banyak leyeh-leyeh karena memang tujuan awalnya adalah santai menghabiskan waktu. Kami sempat main ke daerah payung-payung dan ke maratua guesthouse. Kabar gembiranya, saat ini sedang mulai dibangun bandara di pulau Maratua ini, tepatnya di daerah payung-payung. Jadi kedepannya, pasti akses ke sini makin mudah.
Overall, Maratua ini memang merupakan pulau paling bagus (menurut selera saya) di antara pulau lain di Kepulauan Derawan yang saya kunjungi. Memang saya belum berkesempatan ke Nabucco, yang gosipnya lebih bagus lagi. Tapi hey, itu artinya next time disuruh kesana kan? *tetep mikir positif*. Sepanjang perjalanan dari maratua guesthouse ke payung-payung, tampak garis pantai yang panjang dan sepiiii. Bener-bener kaya pulau pribadi. Sebenarnya di pulau ini ada perkampungan penduduk, namun saya justru jarang melihat penduduk di pinggir pantainya. Maratua Resort pun sebagus yang terlihat di foto-foto yang beredar. Pokoknya recommended banget ini pulau! Let the pictures tell you yah..
Maratua Paradise Resort
(Photo taken by Ijal)

Maratua Paradise Resort
(Photo taken by Ijal)

Sunset in Maratua
(Photo taken by Pingkan)

Di sini nantinya akan jadi airport
(photo taken by Pingkan)

Maratua, berasa pulau pribadi saking sepinya
(photo taken by Pingkan)
Payung-payung
(photo taken by Pingkan)

Hari terakhir di Maratua pun tiba. Sedih sih karena artinya sebentar lagi harus balik ke Jakarta dan kami masih mageer bangeet. Akhirnya pada hari Jumat siang, dengan muka gosong bulukan, kami pun kembali nyebrang ke Tj Batu Berau. Sampai di Tj Batu, mobil sewaan kami sudah siap untuk mengantar kembali ke Palmy Hotel. Sesampainya di Palmy Hotel, yang alhamdulillah untung kami ga ke hotel Sederhana lagi, kami pun girang karena akhirnya dapet kamar yang memadai :D. Sarapannya pun enaaak, sampai saya ngabisin pisang goreng coklat kejunya *eh*.  
Keesokan harinya, kami pun siap terbang kembali ke Jakarta. Lucunya adalah, saat di Bandara Kalimarau Berau, kami masih santai aja dengan muka gosong. Begitu sampai di Sepinggan, kepercayaan diri mulai memudar karena berasa jadi orang lusuh di tengah kemewahan Sepinggan. Pas sampai di Jakarta, makin jiper karena berasa jadi orang kampung masuk kota. Hahaha.
Tapii, 8 hari tersebut beneran worth every penny! Begitu masuk kantor, orang-orang pada ngejerit liat muka saya yang gosong dan saya pun tetap nyengiiiir biar dibilang kaya dakocan juga. Pingkan pun mengalami sunburn yang cukup parah, tapi kebayar dengan kepuasan pamer ke semua orang yaa Ping? Hahahaha.
Yak lihatlah before-afternya :))
(photo taken by Silmi)
The world is a book, and those who do not travel read only a page” – St. Augustine.
Jadi, mau kemana lagi nih kita? :)

Cheers!

No comments:

Post a Comment