Finally,
tanggal 24 Mei 2014 datang jugaa! Sejak semalem sebelumnya mulai senewen pasang
bermacam-macam alarm karena parno kesiangan. Kami berempat ambil flight
Jakarta-Balikpapan yang paling pagi yaitu jam 06.40, lalu lanjut
Balikpapan-Berau sekitar jam 3an sore. Kami sengaja ambil flight dengan waktu
transit yang paling lama karena berniat jalan-jalan dulu di Balikpapan. Rugi
dong ah, jarang-jarang ke Kalimantan masa Cuma numpang transit di Balikpapan.
Hihi.
Sampai di
Bandara Internasional Sepinggan Balikpapan, kesan pertama saya adalah “Woah,
ini bandara gede dan bagus beneerrr”. Bandaranya udah kaya mall, lengkap dengan
orang jual mobil dan properti di dalamnya :O
Kami pun mulai
cari-cari info mau jalan kemana. Tanya-tanya sama petugas Bandara, mereka
menyarankan ke mall. Yaelah maas, jauh-jauh dari Jakarta masa ke mall lagi?!
Lalu si mas nya menyarankan ke Pantai Kemala (thankyou Pingkan sudah diingatkan. Saya sempat lupa nama pantainya :p). Yak, kami pun cuss cari taxi. Ternyata,
taxi di Bandara sana sistemnya ngga pake argo. Jadi tarif ditentukan daerah
tujuan kita masuk ke sektor berapa. Nah tiap sektor beda-beda tarifnya
berdasarkan jaraknya. Seinget saya waktu itu tarif taxinya IDR 60ribuan.
Sampai di pantai
tujuan, kami cuma iseng leyeh-leyeh duduk-duduk minum es kelapa. Pantainya
cukup sepi dan bersih. Waktu itu cuma ada gerombolan polisi (karena memang
pantainya deket kantor polisi) dan sekelompok anak sekolah lagi foto-foto pake
tongsis (Hey, gaul juga mereka punya tongsis! Saya aja gak punya. Haha).
Setelah cukup
puas leyeh-leyeh (dan es kelapa nya juga udah habis), kami pun cabut untuk cari
makan siang. Kami ga makan siang di pantai itu karena menurut kami sih kurang
menarik makananya. Sebenernya dapet rekomen dari temen buat nyobain kepiting
Dandito di sekitaran Bandara. Tapi saat kami cek, wuaduuh itu kepiting muahal
banget bisa 200ribuan. Gak lucu dong kalo nanti di Derawan kehabisan uang
karena keburu hedon di sini. Akhirnya kami pun cari makan di...... mall!
Huahahaha. Akhirnya manusia Jakarta ini nyungsep di mall lagi. Kesan saya
mengenai Balikpapan adalah sebuah kota yang bersih, rapi, dan oke! Bahkan di
sana udah ada Blitz Megaplex loh. Mall yang dari depan terlihat biasa aja pun udah
ada farmers market dan quiksilver. Mungkin next time saya harus luangkan waktu
yang lebih banyak buat liat-liat Balikpapan.
Pantai sepi di Balikpapan (photo taken by Silmi) |
Akhirnya sore
pun tiba dan kami kembali ke Bandara untuk lanjut flight ke Berau. Yeaay!
Rasanya super excited sampai maunya nyengiir terus :D
CRJ1000 yang bikin norak foto-foto (photo taken by Pingkan) |
Borneo's Forest (Photo taken by Pingkan) |
Setelah mendarat di Bandara Kalimarau Berau, saya pun kembali kagum. Bandara Kalimarau ini masih terhitung Bandara baru. Bandaranya cukup kecil seperti Bandara Selaparang Mataram, dengan kondisi yang sama bersihnya dengan Bandara Sepinggan Balikpapan. Wah, kalau begini, Soetta jadi terasa kaya terminal bus! Ups.
Perjalanan dari
Bandara Kalimarau ke Hotel Sederhana kami tempuh dengan taxi. Taxi di sana
berupa mobil ertiga dan juga ngga pakai argo, dengan sistem yang sama seperti
di Bandara Sepinggan. Jadi, tarif ditentukan berdasarkan sektor daerah tujuan.
Hotel Sederhana termasuk daerah sektor I kalau tidak salah, dengan tarif IDR
110ribu dan lama perjalanan + 20 menit. Tadinya otak pelit saya udah
mikir “kok 20 menit doang mahal banget sampe 110ribu?!”. Tapi ternyata saya
akhirnya mendapatkan jawabannya yaitu jangan samakan 20 menit di Jakarta dengan
20 menit di Berau. 20 menit di Jakarta mah cuma 1 km karena waktu habis buat
lampu merah dan macet. Tapiii, 20 menit di Berau itu ternyata jauuuh bok! Plus
jalannya naik turun dan sepii banget. Saya perhatikan, Berau ini kota (?) kecil
yang cukup maju. Di sana saya hampir ngga pernah liat mobil jelek. Minimal
Toyota Pajero. Mobil kecil yang saya liat pun ya cuma taxi Ertiga itu.
Sampai di Hotel
Sederhana, kesan pertama saya “Hmm, suram!” Hahaha. Tampaknya Hotel Sederhana
ini hotel lawas yang pasti dulunya termasuk hotel mewah. Kunci kamarnya aja
masih model kunci pintu biasa dengan gantungan kunci berupa papan gede
bertuliskan nomor kamar. Kamarnya besaaar dengan tempat tidur yang besaaar dan
kamar mandi dilengkapi bath tub. Lumayan banget kan sebenernya, kalau saja
suasananya ga suram. Tepat di seberang hotel sederhana, ada hotel baru bernama
Palmy Hotel. Akhirnya setelah makan malam, kami iseng cek Palmy Hotel dan
booking buat nginep sebelum kembali ke Jakarta.
Keesokan
harinya, kami udah dijemput oleh mobil sewaan tepat jam 9 pagi. Perjalanan dari
Hotel ke Pelabuhan Tanjung Batu memakan waktu kira-kira 2.5 jam, dengan rute
membelah pegunungan dan hutan. Catet ya, 2.5 jam itu si Pak Supir lumayan
ngebut dengan cukup mengerikan, dan tanpa hambatan apa pun. Sempet istirahat
sih di suatu warung makan. Jadi memang perjalannya cukup jauh lah.
Sampai di
Tanjung Batu, speed boat yang kami sewa ternyata udah standby, jadi kami
langsung cuss ke Derawan. Karena Wisma Aditya yang udah kami booking merupakan
guesthouse di atas air, jadi speed boat pun langsung berhenti tepat di depan
wisma. Wisma ini lumayan juga untuk ukuran IDR 200rb per malam. Wisma ini
berupa rumah kayu dengan teras yang langsung menghadap ke laut. Di bagian
belakang wisma ada 3 shared bathroom,
1 mesin cuci, dan area jemuran. Kamar mandi pun pakai shower dan toilet duduk.
Namun sayangnya, pembuangan dari kamar mandi langsung “terjun” ke laut,
sehingga menurut saya tidak ramah lingkungan. Alhasil, laut di depan wisma pun
kalau sedang surut terlihat kotor L.
Kamarnya berisi 2 single bed sederhana, cermin kecil, meja dan kipas angin. Di
sana hawanya geraah dengan kelembaban yang tinggi, jadi bawaanya berasa benyek
karena keringetan terus.
Kamar Wisma Aditya (Photo taken by Pingkan) |
Balkon wisma aditya (Photo taken by Pingkan) |
Kalau mau ke
pantai landai, lokasinya ada di dekat Derawan Dive Resort. Derawan dive resort
ini merupakan penginapan versi bagus di Derawan, tentu dengan harga yang lebih
bagus. Kamarnya aja pake AC. Aarrghh, pasti adem banget deh di situ. Kami pun cuma
kebagian foto-foto di dermaga nya, lalu lanjut main ke pantai di depannya. Pantai
di Pulau Derawan ini menurut saya cukup oke. Sore itu kami menemukan spot yang
cukup sepi dengan air yang bersih dan tenang, jadi kami bisa leha-leha berasa
pantai pribadi. Haha.
Untuk urusan
makan, di Pulau Derawan ini banyak warung makan. Tinggal pilih, mau yang murah
atau yang mahal. Makanannya pun cukup bervariasi, mulai dari indomi sampai
lobster. Tapi yang harus diingat, tanya dulu harganya sebelum pesan! Entah
kenapa menurut saya orang sana kurang bisa berdagang. Mereka tipe pedagang yang
kurang ramah, ga bisa menjelaskan apa yang dijual, dan sering bingung sendiri
kalau ditanya harga. Jadi pastikan untuk tau harganya dulu. Untuk harganya,
menurut saya cukup lumayan mengingat lokasi mereka di pulau, jadi wajar kalau
cenderung lebih mahal. Saran saya, siapkan budget + IDR 40rb untuk
sekali makan di Derawan. Ohya, warung-warung itu juga bisa menyediakan pesanan
lunch box buat dibawa wisata ke pulau lain. Tinggal pesen semalam sebelumnya,
pagi nya udah siap dibawa.
Derawan Beach (photo taken by Pingkan) |
Hari pertama di
Derawan praktis kami habiskan dengan leyeh-leyeh dan renang, berburu sunset
(yang gagal), makan, dan belanja Aqua. Hehe.
Keesokan harinya,
bapak speed boat udah standby jam 8 pagi buat mengantar kami ke Kakaban dan
Sangalaki. Perjalanan ke Kakaban kurang lebih 45 menit, dengan kondisi laut
yang tenang. Pas sampai sana, ternyata udah rame aja loh. Di Pulau Kakaban ini
yang menarik adalah adanya danau purba yang berisi banyaaak banget ubur-ubur
tanpa bisa. Konon katanya karena tidak adanya predator, para ubur-ubur ini
kehilangan kemampuan menyengatnya. Rasanya berenang di danau ini ya geli geli
lucu gitu deh. Apalagi makin ke tengah kita berenang, makin banyaak ubur-ubur
yang nyenggol, jadi berasa berenang di tengah jelly. Ubur-uburnya sendiri pun
bermacam-macam bentuk dan ukurannya. Dari mulai yang keciiil banget seukuran
satu ruas jari kelingking (mungkin masih bayi ya?), sampai yang gedeee seukuran
payung. Sebenernya jarak pandang di danau ini ga terlalu jauh, karena airnya
agak keruh kehijauan. Tapi justru itu yang bikin seru dan deg-degan karena
ubur-uburnya tiba-tiba bermunculan. Sempet mikir random sih, gimana kalau
tiba-tiba muncul monster purba dari bawah danau. Haha. Untung ga kejadian yaa.
Setelah puas
main dengan ubur-ubur, kami pindah ke pantai untuk leyeh-leyeh sejenak, lalu lanjut
snorkeling di sekitar jetty. Menurut saya, di sini lah lokasi snorkeling
favorit saya karena terumbu karangnya paling banyak dan warna-warni dengan
banyak ikan seliweran. Airnya biruuu banget dengan visibility yang baik,
sehingga jelas banget keliatannya. Pindah lokasi beberapa meter dari jetty pun
sama bagusnya.
Membelah hutan ke danau kakaban (photo taken by Rajesh) |
Dari Kakaban,
kami pindah ke Sangalaki. Di Sangalaki ini kami liat penangkaran penyu sambil
dijelaskan mengenai kehidupan penyu oleh bapak-bapak yang jaga. Setelah itu,
leyeh-leyeh dong di pantai. Pantai di Sangalaki ini termasuk kategori pantai
ideal menurut saya karena air lautnya tenang, sepii, serta berpasir halus dan
landai. Waktu itu cuaca cukup terik, tapi toh kami cuek aja renang sampe
gosong. Kapan lagi kan? Hihi. Snorkeling di sekitar Sangalaki juga cukup
menyenangkan, walaupun bawah lautnya masih kalah dengan area Kakaban. Sebenarnya
saat itu sedang musim manta ray, tapi kami belum beruntung untuk ketemu si
manta. Mungkin next time disuruh ke Sangalaki lagi yaa *positive thinking alias
ngarep*.
Keesokan harinya,
kami main ke gusung sekitar Derawan. Gusung ini adalah pulau kosong yang cuma
berisi gundukan pasir. Satu kata buat gusung derawan: kereeeenn! Isinya pasir
putih halus, landai, luas, dikelilingi oleh air laut bening dan tenang. Beneran
lah itu keren banget. Apalagi pas kami kesana, belum ada orang lain yang dateng
jadi kami puaaas bangeeet foto-foto renang-renang dan guling-guling sampe bego hohoho.
Siang setelah
pulang dari gusung, kami pun balik ke wisma karena mulai KO. Akhirnya siang
sampe sore dihabiskan dengan tiduur :D. Sorenya, karena masih penasaran dengan
sunset, kami pun jalan ke spot sunset. Bhuuuu, ternyata gagal maning nyari
sunset. Akhirnya kami cuma leyeh-leyeh sambil ngeliatin anak-anak kecil
ngumpulin kerang. Akhirnya kami mengadakan sesi foto prewedding gak penting
huahaha.
Si penyuu (photo taken by Pingkan) |
Pulau Sangalaki (photo taken by Silmi) |
Gusung Derawan (Photo taken by Pingkan) |
Selanjutnya tentang cerita di Maratua ada di next post ya :D
Cheers!
Cheers!
�� �� ��
ReplyDeleteSeru, menarik, tapi kayaknya agak kepanjangan..