Heaven!

Heaven!

Saturday, April 7, 2012

Minum Es Degan di Gelas Segede Degan


Gelas segede degan
Jogja akan selalu menjadi salah satu pilihan saya untuk menghabiskan liburan singkat. Mudah, murah, ramah. Ya, itu lah kesan saya untuk kota pelajar ini. Berhubung teman saya ada yang sedang kuliah di jogja, jadi makin asik deh klo mau “ngabur” sejenak dari kepenatan kuliah.

Jogja cukup mudah dijangkau dari kota tempat saya kuliah, Bandung. Bagi mahasiswa yang berprinsip klo bisa murah ngapain mahal, saya memilih naik kereta api. Sebenarnya lebih murah naik bus sih, tapi karena saya takut naik bus malam yang hobinya ngebut, saya merasa lebih nyaman naik kereta api. Kereta api yang saya pilih pun yang jalannya malam, jadi saya tinggal tidur aja selama perjalanan.

Perjalanan dengan kereta api memakan waktu sekitar 8 – 9 jam. Biasanya saya gampang aja tidur di perjalanan, tapi di perjalanan saya kali, ini saya merasa benar-benar ga nyaman. Pertama, lampu gerbong kereta yang terang-benderang semalaman (ga diredupkan), dan kedua, (ini yang paling menjengkelkan) penumpang di belakang kursi saya ngorok kenceng banget! Ya ampuuun, beneran deh saya yang udah pasang earphone aja masih bisa denger suara ngoroknya. Alhasil saya ga tidur semalaman sampe kereta berhenti di stasiun jogja. Saya heran dengan teman saya yang waktu itu jalan bareng saya, koq dy bisa-bisa aja ya tidur dengan nyenyaknya?


Kami sampai di Stasiun Tugu sekitar pukul 4.30 pagi. Suasana stasiun masih sepiii banget. Saya selalu menyukai suasana pagi hari di tempat asing. Keheningan dan kesejukan pagi seakan bercerita mengenai kehidupan di kota tersebut. Melihat keluarga yang menjemput anggota keluarganya, pedagang asongan yang menjajakan dagangannya, tukang becak yang mencari penumpang, saya pun siap memulai hari saya di kota ini.

Untuk jalan-jalan di tengah kota jogja cukup mudah dilakukan. Bisa jalan kaki, naik becak, atau naik trans jogja (semacam trans jakarta). Kalau kita mau naik becak di sekitar malioboro atau keraton, kita musti pinter-pinter nawar dan pastikan kita mengatakan secara jelas tujuan kita karena becak disana hobi banget nawarin untuk mengantar kita ke tempat oleh-oleh (khususnya bakpia dan kaos dagadu). Biasa deh, tukang becaknya nyari komisi membawa penumpang ke toko oleh-oleh tsb. Jadi, klo emang ga berencana nyari oleh-oleh, tolak dengan tegas aja, daripada si abang becak tiba-tiba belok entah kemana dan kita berakhir di depan toko bakpia. Hehe.

Kalau mau murah muter-muter kota jogja, naik aja trans jogja. Dengan hanya 3000 rupiah, kita bisa muter-muter jogja melalui jalur-jalur utama kota jogja. Prinsipnya sama kaya trans jakarta, bedanya si trans jogja ini gaada jalur khusus kaya di jakarta, jadi klo lagi macet ya ikutan kena macet. Tapi sayangnya, jumlah armadanya masih sedikit sehingga agak lama nunggu di haltenya. Udah gitu haltenya secupriiiit banget. Bus nya pun ga sebesar trans jakarta, tapi tetap nyaman koq. Dan jalur trans jogja ini juga melewati Bandara Adisutjipto dan Stasiun Tugu lho!

Ngomong lewat pipa
Karena bosan tempat wisata sekitar jogja, kali ini saya menyempatkan mengunjungi taman pintar yang masih berlokasi sekitar malioboro, tepatnya di belakang pasar bering harjo. Terakhir kali saya ke jogja, saya tidak sempat mengunjungi taman pintar. Jadi saya penasaran dong dengan tempat wisata yang baru diresmikan tahun 2008 ini. tiket masuknya cukup murah, hanya 15 ribu. Taman pintar ini terdiri dari 4 macam zona utama yaitu zona playground yang merupakan zona umum pengunjung yang isinya beberapa peraga fisika sederhana, gedung memorabilia yang merupakan museum berisi sejarah kesultanan DIY dan sejarah Kemerdekaan Indonesia, gedung PAUD barat dan PAUD timur yang berisi berbagai permainan edukasi untuk anak 2 – 7 tahun, dan gedung oval – kotak yang menurut saya inti dari taman pintar ini, berisi berbagai peraga dan mainan edukatif. Alat peraga dan mainan edukatifnya mirip-mirip dengan yang ada di museum IPTEK TMII Jakarta, tapi di sini lebih bervariatif. Walaupun sebagian besar pengunjungnya adalah anak kecil yang ditemani orang tuanya, mainan-mainan nya cukup menarik bagi saya yang hampir udah ga pernah menyentuh ilmu fisika lagi. Bodo amat deh dibilang norak sama anak kecil. Haha!

Selain taman pintar, hal yang berkesan dari perjalanan saya ke jogja kali ini adalah saya minum es degan (kelapa muda) di gelas segede degan. Heran? Jadi gini ceritanya.. hari terakhir saya di jogja, teman saya ngajak makan siang di restoran yang bernama Raminten. Sebelum kesana, teman saya wanti-wanti agar saya jangan kaget dengan pelayannya yang katanya sebagian besar cowok “melambai”. Begitu sampai di restoran tersebut, saya langsung suka dengan suasananya yang jogja banget. Interiornya khas jogja dengan dominasi kayu dan rotan, musik jawa, dan bahkan seragam pelayannya kaya baju wayang gitu. Emang sih, kelihatan kalo pelayan-pelayan cowoknya agak melambai dan ada juga yang gay. Tapi berhubung saat itu ga ada cowok di antara saya dan teman-teman saya, jadi ga ada yang godain juga. Kalau teman cowok saya yang orang jogja sih kurang suka ke sana karena katanya suka digodain. Lucunya lagi, di buku menunya tertulis menu “massage khusus pria, by order”. Hihi.. jadi penasaran kaya apa tuh ya :p

Teman saya bilang, di sini makanannya murah tapi minumannya yang agak mahal. Tapi pas saya lihat menunya, ternyata yang dimaksud “agak mahal” itu hanya berkisar belasan ribu, bahkan jarang di atas 15 ribu. Makanannya lebih murah-murah lagi. Makin asik deh ini resto. Menu makanannya sebagian besar menu jawa seperti bakso, sate, gudeg, dll. Ada juga nasi kucing yang murah banget, cuma 3000 rupiah, yang terdiri dari nasi, telur dadar, sambal goreng tempe dan teri, dan sambal. Porsinya lumayan mengenyangkan loh, jadi itungannya murah banget untuk ukuran makanan seharga tiga ribu.

Hal yang membuat unik dari resto ini adalah gelas atau wadah minumannya yang lucu-lucu banget. Semuanya serba gede. Kalo ga gede, pasti unik. Saya melirik meja sebelah, ada es cendol di gelas segede vas bunga. Kalau teh di poci dan cangkir tanah liat sih udah biasa ya, tapi di sini ada susu hangat dalam gelas berbentuk (maaf) payudara wanita. Teman saya pun nantangin saya minum es degan jumbo yang katanya gelasnya gede banget. Karena penasaran, saya pun memesan es degan tersebut. Pas pesenan dateng, beneran loh gelasnya guede segede kelapa muda! Tapi berhubung ini gelas yang tentunya dindingnya lebih tipis dari kulit kelapa, jadi pastinya isinya juga lebih banyak. Awalnya minumnya masih semangat, tapi lama-lama perut kembung dan berakhir lah dengan saya menyerah gabisa ngabisin, padahal masih sisa sekitar seperempatnya. Hegh. Saya pun diketawain sama temen saya karena biasanya orang mesen minuman itu ngga untuk diminum sendiri, tapi share berdua sama orang lain. Sial. Mungkin lain kali kalau saya kesini lagi saya mau pesan susu hangat aja ah :D

No comments:

Post a Comment